Gagasan Full Day School Banyak Diprotes, Mendikbud: Jalan Terus..!

Gagasan Full Day School Banyak Diprotes, Mendikbud: Jalan Terus..! Muhadjir Effendy

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, wacana sekolah sehari penuh () tetap berjalan meskipun mendapat penolakan.

"Full day (sehari penuh), jalan. Teknisnya belum, tetapi Insya Allah jalan. Itu berkaitan dengan pendidikan karakter tingkat SD dan SMP," kata Mendikbud usai berkunjung ke SMK Muhammadiyah Imogiri Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (10/8).

Menurut dia, penerapan sekolah sehari penuh akan terus dikaji dan disiapkan teknis pelaksanaanya. Penerapan itu mempertimbangkan pendidikan karakter. Meskipun di lingkungan keluarga juga diberikan pendidikan karakter.

"Di keluarga iya (ada pendidikan karakter). Akan tetapi kan gak ada jeleknya sekolah ikut menanggung," kata Menteri yang kemudian bergegas meninggal SMK Muhammadiyah Imogiri.

Wacana sekolah sehari ini menimbulkan polemik. Tak sedikit pihak yang menentang mengingat sarana dan prasarana sekolah belum memenuhi standar serta sejumlah alasan lainnya.

Ditanya mengenai pro dan kontra kebijakan , mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menilai masyarakat yang kontra belum mengetahui isi kebijakan itu. Meski demikian, Mendikbud belum menyebut secara teknis, apa yang diterapkannya nanti. "Teknisnya belum," imbuh dia.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sebelumnya diberitakan menyetujui gagasan Mendikbud meminta gagasan sekolah sehari penuh terlebih dulu diuji coba di daerah-daerah tertentu sebelum diterapkan.

"Uji coba dulu di daerah tertentu, kalau berhasil boleh secara bertahap. Karena saya yakin tidak semua sekolah daerah juga siap," katanya di Jakarta, Rabu (10/8).

Dia mengatakan, bahwa sekolah sehari penuh bukan hal baru, beberapa sekolah swasta sudah menerapkan model pembelajaran semacam itu.

"Jangankan full day, ada sekolah yang all day seperti pesantren. Pesantren kan siang dan malam belajar, ini bukan hal unik tapi biasa saja," tambah dia.

Namun, dia mengatakan, penerapannya harus dilakukan setelah syarat-syarat tertentu seperti kantin dan ruang bermain yang baik tersedia.

Menurut dia, penerapan model belajar semacam itu harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Sedangkan Ketua DPR Ade Komarudin meminta agar pelaksanaan ide ini diurungkan dahulu.

"Pelajaran itu tidak selalu tentang buku-buku dan kurikulum, tapi pelajaran alam itu juga penting, pelajaran kehidupan itu juga penting. Artinya bahwa kita memiliki pandangan masing-masing, cara mendidik anak yang baik masing-masing. Karena itu sebaiknya diurungkan pernyataan Mendikbud yang baru ini, tidak gegabah. Supaya tidak menjadi kontroversi ke mana-mana," kata Ade.

Ade menyarankan agar anak-anak juga bisa punya waktu lebih bersama orang tua mereka. Meski sebelumnya Mendikbud beralasan bahwa ada orang tua siswa yang keduanya bekerja hingga sore, sehingga lebih baik jika anaknya lebih lama di sekolah.

"Pasti penyeragaman itu akan menimbulkan pro dan kontra karena tentu para orang tua itu juga ingin agar mereka juga diberikan kesempatan untuk mendidik anak-anaknya secara langsung dan biasanya pendidikan dari orang tua juga banyak juga yang sangat bagus dibandingkan dengan pendidikan formal sekali pun. Tapi yang pasti kasih sayang dari orang tua itu penting tidak bisa kita serahkan kepada sekolah," ujar Ade.

Ade meminta agar setiap kebijakan yang diwacanakan untuk disesuaikan dengan kultur masyarakat. Sehingga tidak menimbulkan polemik.

"Tapi sebaiknya menurut saya untuk menteri yang baru untuk tidak menyampaikan satu gagasan jika belum menjadi kebijakan dari kementerian," pungkas Ade.

Hingga kemarin, reaksi penolakan terus berdatangan terhadap gagasan Mendikbud tersebut.

Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI), Ramli Rahim meminta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendi tak asal melempar wacana ke publik. Khususnya terkait penerapan Full Day School yang ia wacanakan baru-baru ini.

"Seharusnya, sebelum melempar wacana bentuk dulu tim untuk melakukan kajian. Kalau memang sesuai baru diberi tahu ke publik jangan seperti ini," kata Ramli, Rabu (10/8).

Ia menilai, penerapan Full Day School hanya pada cocok diterapkan di lingkungan perkotaan. Tetapi tidak bisa di general-kan pada daerah pedesaan. Mengingat jarak tempuh ke sekolah yang harus dilalui serta sarana transportasi yang terbatas.

"Sekolah mapan tidak masalah yang infrastruktur memadai, kalau sekolah lain terutama di desa tentu tidak bisa," ujarnya. (rol/tic/mer/yah/lan)

Sumber: republika.co.id/detik.com/merdeka.com

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO