MALANG, BANGSAONLINE.com - Para sopir taksi dan angkot yang tergabung dalam Organda Malang mengancam akan menggelar demo besar-besaran. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk protes lantaran hadirnya transportasi berbasis online di Kota Apel ini.
Menurut Rudi Soesamto, Ketua DPC Organda Malang, kehadiran transportasi online memberikan dampak kerugian secara materi, di mana pendapatan sopir konvensional baik angkot, mikrolet maupun taksi mengalami penurunan drastis.
BACA JUGA:
- Wujudkan Ekosistem Trasportasi Digital Sehat dan Dinamis, Gubernur Khofifah Terbitkan 2 Kepgub
- Dongkrak Pemulihan Ekonomi Pascapandemi Covid-19, Gubernur Khofifah Gandeng Grab Indonesia
- Puncak Peringatan Hari Ibu ke-94, Khofifah Terima Penghargaan dari Gojek dan Grab Indonesia
- Mudah! Berikut Cara Transfer Saldo dari BCA ke OVO
"Dan lagi, legalitas hukum mereka (angkutan online) dianggap belum memenuhi secara keseluruhan mulai uji kir, trayeknya, pajak dan masih banyak lagi lainnya," tegas Rudi Soesamto.
Ia bahkan berjanji memperbaiki pelayanan taksi dan angkot yang selama ini dikeluhkan konsumen. Ia juga mengimbau kepada semua sopir, supaya mengikuti aturan tarif yang dikeluarkan oleh pemerintah.
"Jangan sembarangan memungut tarif seenaknya, yang mengakibatkan masyarakat atau konsumen kecewa," imbuh pemilik taksi konvensional bernama "Citra" ini.
Sebelumnya, antara ketua jalur mikrolet dan perwakilan pengurus taksi di Malang, bersama dengan organda, Dishub, Polres, sudah menggelar pertemuan Sabtu (18/02) lalu. Namun, hal tersebut nampaknya belum mampu meredam gejolak emosi para sopir transportasi konvensional di lapangan.
Terbukti, mereka masih melakukan aksi sweeping dan pengusiran terhadap para transportasi online di beberapa tempat seperti Mall Matos, Stasiun Kota Baru, dan terminal Arjosari.
BERITA TERKAIT:
- Demo, Sopir Mikrolet dan Taksi di Malang Mogok Massal, Penumpang Terdampar
- Ini Kata Sopir Mikrolet Soal Penutupan Kantor Go-Jek di Malang
Klik Berita Selanjutnya