Sering Resahkan Warga, Satpol PP dan Dinsos Kota Blitar Razia Anjal dan Anak Punk

Sering Resahkan Warga, Satpol PP dan Dinsos Kota Blitar Razia Anjal dan Anak Punk Salah satu anjal yang terjaring razia digunduli rambutnya oleh petugas Satpol PP. foto: AKINA/ BANGSAONLINE

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bersama Dinas Sosial Kota Blitar menggelar razia pada pengamen, gelandangan, dan anak punk yang ada di jalanan di Kota Blitar, Minggu (10/9). Anak punk, gelandangan, dan pengamen ini keberadaannya memang kerap meresahkan masyarakat.

Sebagai efek jera, Satpol PP memangkas rambut anak punk dan meminta mandi bagi anak punk perempuan yang sudah berhari-hari tidak mandi. Usai mandi, petugas juga meminta anak punk perempuan untuk menganti pakaianya yang kucel, sehingga lebih sopan untuk dilihat.

Baca Juga: Terjebak Pergaulan Anak Punk, Gadis Tomboy di Blitar Nekat Mencuri dan Menipu

Meski demikian, tidak mudah bagi Satpol PP untuk memotong rambut anak punk agar rapi, karena sebagian anak punk menolak. Sebagaian anak punk memilih temannya sendiri yang memotong agar tidak dipangkas gundul.

Ada 17 anak punk yang diamankan dan 8 pengamen yang digaruk oleh petugas dalam razia ini. Sebagaian anak punk dan gelandangan ini sudah pernah diamankan oleh petugas. Bila sudah tiga kali diamankan, maka para gelandangan dan anak punk serta pengamen ini akan dikirim ke Dinas Sosial Jawa Timur.

“Kita sudah punya data, dan setiap kali razia kita foto, kalau sudah tiga kali kita kirim ke Jawa Timur, kemarin kita sudah kirim tiga orang,” ungkap Muheni Kabid pelayanan dan rehabilitasi sosial Dinas Sosial Kota Blitar Minggu (10/9).

Baca Juga: Terjaring Razia, Anak Jalanan di Kota Blitar Disterilisasi Menggunakan Bilik Disinfektan

Muheni menjelaskan, bahwa razia ini menanggapi laporan yang masuk ke kantornya serta ke Satpol PP Kota Blitar. Untuk menjaga ketertiban di Kota yang memiliki tiga kecamatan ini, pihaknya merazia gelandangan, pengamen, dan anak punk ini.

“Kita sering mendapatkan laporan dari masyarakat, bahwa anak punk dan gelandangan ini kerap tinggal di rumah kosong dan menggangu ketenagan umum,” ungkap Muheni.

Sementara itu, Prabu Seno Arianto (20) anak punk asal Kelurahan Rembang, Kecamatan Sananwetan ini mengaku, sudah lama tidak hidup di jalanan. Setelah bekerja, ia sudah jarang keluar di jalanan. Namun pada Sabtu malam ia mendapatkan tamu dari teman-temannya yang datang dari berbagai daerah, seperi Jember, Kediri, bahkan Kalimantan dan Sumatera.

Baca Juga: Atasi Pengemis dan Gelandangan, Dinsos Blitar Siapkan Rumah Penampungan

“Karena ada tamu, saya temui, dan mereka akan berangkat ke Surabaya mampir dulu ke Blitar,” ungkapnya.

Berbeda dengan Prabu, MH (16) anak punk asal Kota Kediri berangkat ke Blitar sejak Sabtu siang, usai sekolah. Ia datang ke Blitar untuk menemui kekasihnya yang juga menjadi anak punk. MH pun datang dengan membawa buku dan tentunya pakaian punk yang ia kenakan. Sedangkan pakaian sekolah ia simpan di dalam tas.

“Saya sudah tiga tahun hidup seperti ini, dan saya ke Blitar untuk menemuai pacar saya,” ungkap MH.

MH mengaku orang tuanya tidak mengetahui jika ia hidup di jalanan bersama kekasihnya. Pelajar kelas 9 SMP PGRI 4 Kota Kediri ini pun diminta untuk mandi oleh Satpol PP dan kembali mengenakan kerudung yang ia pakai seperti saat sekolah. (blt1/tri/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO