Kampung Tempe Tenggilis Surabaya, Hebat Walau dalam Kondisi Gurem

Kampung Tempe Tenggilis Surabaya, Hebat Walau dalam Kondisi Gurem Tempe yang tengah dalam proses produksi. foto: Tari UTM/ BANGSAONLINE

“Keuntungan bersih saya per hari Rp 2 juta,” beber Nur Hasan, yang menjadi koordinator pengrajin tempe di kampungnya.

Sejalan dengan usaha tempe ini, Nur Hasan mengembangkan usaha kripik tempe. Kripik tempe dibandrol dengan harga Rp 10 ribu per kemasan. Biasanya Nur Hasan membuat 25 kemasan kripik tempe per hari, dan dikirimkan ke toko-toko.

Selain kripik tempe, para ibu-ibu di kampung ini juga membuat inovasi makanan berbahan dasar tempe. Kreasi ibu kampung ini adalah nugget tempe, brownies tempe, kue lapis tempe dan masih banyak lagi. Sayangnya, produk ini hanya disajikan ketika kampung ini mendapat kunjungan dari berbagai daerah, bahkan dari mancanegara.

Satu bulan sekali, kampung tempe dikunjungi wisatawan mancanegara. Hampir rata-rata yang menguujungi minimal 15 negara.

Satu minggu sebelum kunjungan, beber Nur Hasan, pihaknya akan dihubungi koordinator untuk diberitahukan tanggal kunjungan. Maka, Nur Hasan mempersiapkan makanan yang bahan utamanya adalah tempe.

Pembuatan makanan yang berasal dari olahan tempe ini dikoordinir oleh ibu-ibu di kampung tempe. Setiap ibu-ibu akan dibagi rata dengan olahan tempe. Kemudian para wisatawan dapat mencicipi hasil olahan ini.

Wisatawan juga dapat membawa pulang makanan ini dengan harga yang sudah ditentukan. Aktivitas ini dilakukan setiap bulan atau sebulan sekali kunjungan. (Tari/UTM)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO