Harga Anjlok, Petani Tebu di Madiun Enggan Tanam Lagi

Harga Anjlok, Petani Tebu di Madiun Enggan Tanam Lagi

MADIUN, BANGSAONLINE.com - Anjloknya harga gula di pasaran membuat petani tebu di Kabupaten harus berpikir ulang untuk menanami lahan garapannya dengan tanaman tebu.

Seperti nasib yang dialami petani tebu mandiri asal Desa Dolopo, Sayekti yang memasukkan tebunya ke Pabrik Gula Dolopo yang tidak sebanding antara biaya operasional dengan keuntungan yang didapat.

“Kita memasukan sendiri tebu ke PG Pagotan sebab kita diberi pinjaman untuk penggarapan, tapi harga tebu bagi kami sangat minim sekali. Sebab dari penggarapan sampai siap kirim ke pabrik tidak sesuai dengan biaya operasionalnya, mungkin kita akan ganti tanaman jika masih seperti ini,” urai Sayekti.

“Untuk gilingan 8 dan 9 belum bisa cair sedangkan yang 5, 6, 7 sudah bisa cair sedangkan kita masih memiliki gula di pabrik yang belum terjual hingga saat ini membuat saya merasa rugi," tambahnya.

Keluhan senada juga disampaikan Suryadi, petani tebu asal Desa Krandegan, Kecamatan Kebonsari. Akibat anjloknya harga gula kedua petani juga ada keengganan menanam tebu.

Suryadi menguraikan, dirinya mengalami kerugian yang lumayan besar. Selain hasil panen yang belum terbayar hingga selesai giling sejak bulan Juni lalu. Padahal sejak mulai proses giling dirinya mengambil pinjaman di bank yang dipakai untuk biaya tebang, biaya angkut dan lain-lainnya secara otomatis dirinya harus menanggung bunga di bank Rp 15 juta per bulannya.

Dirinya juga mengatakan bahwa hasil gula miliknya yang bernilai kurang lebih Rp 2 miliar belum terealisasi sampai sekarang.

Menurutnya, petani tebu wilayah selatan ini, sekarang banyak yang beralih fungsi ke tanaman padi atau yang lain. Bila hal tersebut tidak segera teratasi kemungkinan besar akan ada lagi pabrik gula yang tutup dan akan menambah jumlah kemiskinan dan pengangguran.

Perasaan keki juga juga dirasakan Desa Jerukgulung, bagian utara, Karno yang bisa dikatakan pakarnya petani tebu. Sebagai petani tebu mandiri yang sudah berpuluh tahun bergelut di bidang tebu, meskipun pemerintah sudah memberi kebijakan harga plafon gula Rp 9.700 per kilo dan Bulog akan membeli gula tersebut. 

Akan tetapi hingga saat ini belum ada realisasi, gula miliknya sekitar 2.000 kuintal serta milik petani lain masih numpuk-numpuk di gudang PG Pagotan. Bahkan menurut keterangan kades petani tersebut info harga Rp 9.700 tersebut infonya harga tersebut belakangan ini anjlok lagi menjadi Rp 9.000,-. 

“Ya kalau harga 10.000 sing lumayan, bahkan pernah harga gula tembus 11. 000 lebih,” tuturnya.

Saat diminta menjelaskan soal penghitungan pembagian kerjasama antara hasil petani dengan PG ia menjelaskan bahwa untuk perolehan gula petani 67%. Sedang PG sebagai mitra produksi memperoleh 33%, sebelum kemudian dilelang KPPR, dan sebelum gula gula itu laku pihak PG memberi pinjaman Rp 4.000/kuintal.

Diakuinya selama dua tahun terakhir memang ada keengganan untuk menanam tebu. Padahal sebagai penanam tebu, Kades Jeruk Gulung pernah menyewa tanah hingga 50 hektare. (hen/ian)

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO