Pantauan di lokasi tersebut, terlihat batu-batu sebesar kepala yang berfungsi sebagai penguat tanggul mulai ambrol. Ini karena pondasi tanggul sudah menggantung, sehingga bronjong ikut melorot.
“Awalnya ketebalan tanggul mencapai 30 meter. Namun sekarang menipis, tinggal separuhnya," terang Burhanudin.
Bronjong tersebut, lanjut Burhanudin, dibangun pada 2018. Namun demikian, karena kuatnya gerusan ombak sungai, tanggul tersebut akhirnya rontok. Ia juga mengatakan, bahwa kerusakan tersebut merupakan dampak jangka panjang dari pengerukan pasir Sungai Brantas secara liar.
“Pengerukan pasir bukan hanya dilakukan secara manual, namun juga menggunakan mesin ponton. Saat ini dampak pengerukan tersebut kita rasakan sekarang. Dasar sungai menjadi berongga-rongga. Banyak palung-palung di dalamnya. Begitu disapu ombak besar, tanggul langsung ambrol,” bebernya.
Sementara, BBWS sendiri selama ini sudah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Namun demikian, hal itu terbentur dengan anggaran. “Yang pasti masyarakat berharap kerusakan ini segera ditangani. Karena jika dibiarkan dampaknya cukup besar,” pungkas Burhanudin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News