SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Tulisan Dahlan Iskan berjudul “Alex Susul Leonard” viral. Tulisan yang diupload Disway dan banyak media online serta puluhan media cetak - termasuk HARIAN DISWAY - pada 9 Agustus 2020 itu membahas tentang konflik antarpendeta Gereja Bethany Surabaya. Yaitu pendeta Abraham Alex Tanusaputra dan Leonard Limato.
Konflik dua pendeta itu berujung di pengadilan, setelah saling lapor ke polisi. Namun tak pernah selesai. Sengketa gereja Bethany yang asetnya triliunan itu baru selesai setelah dua pendeta besar tersebut sama-sama meninggal belum lama ini.
"Asal, mereka tidak meneruskannya di alam kubur," tulis Dahlan Iskan yang dikenal luas sebagai wartawan handal dan mantan menteri BUMN.
Konflik itu makin seru ketika Aswin Tanusaputra, anak kandung pendeta Abraham Alex Tanusaputra, jadi penengah. Aswin memecat sang ayah.
Bahkan saat Abraham Alex Tanusaputra meninggal, jenazahnya tak bisa disemayamkan di Bethany, gereja yang telah dirintis dan dibangunnya dengan susah payah.
Kini Bethany sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Aswin. Kok bisa? Di bawah ini tulisan Dahlan Iskan yang viral itu dimuat secara lengkap: Selamat membaca:
Tidak sakit apa-apa, juga tidak ada tanda apa-apa. Usianya memang sudah 79 tahun. Tapi tidak ada yang menyangka pendeta Abraham Alex Tanusaputra segera meninggal dunia. Kamis malam (6/8). Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Kristen Kembang Kuning Surabaya Sabtu kemarin.
Berarti pendeta Alex meninggal hanya selisih dua minggu dari meninggalnya pendeta Leonard Limato (DI’s Way edisi 28 Juli 2020). Dua pendeta besar Gereja Bethany ini bertengkar tidak berkesudahan. Saling pecat. Saling gugat ke pengadilan. Saling lapor polisi. Bertahun-tahun.
Pertengkaran sesama pendeta sama sekali tidak baru. Tapi pertengkaran di Bethany ini sangatlah seru. Juga paling panjang. Kini pertengkaran itu selesai. Dua minggu lalu, ketika pendeta Leonard meninggal dunia, saya sudah mengatakan sengketa itu pada akhirnya berakhir.
Dan hari ini sengketa itu selesai dengan tuntas. Asal, mereka tidak meneruskannya di alam kubur.
Saya melayat kemarin pagi. Saya hampir saja melayat ke gereja Bethany Jalan Manyar. Jumat sore lalu. Saya pikir jenazah beliau pasti disemayamkan di situ. Itulah gereja pertama yang beliau dirikan. Yang kemudian menjadi gereja yang sangat besar.
Saya tahu jenazah pendeta Alex tidak mungkin disemayamkan di gereja yang lebih besar lagi: Gereja Bethany Nginden. Yang sangat ikonik itu. Yang idenya juga dari pendeta Alex.
Tahun lalu, ketika istri pendeta Alex meninggal dunia, jenazah sang istri disemayamkan di gereja Jalan Manyar. Berarti pendeta Alex pun akan dihormati di situ. Untuk kali yang terakhir.
Ternyata saya mendapat kabar yang sangat berbeda. Sepanjang hari Jumat itu jenazah pendeta Alex masih disimpan di lemari es. Tidak bisa dilayat. Lemari es itu terletak di Adi Jasa, Jalan Demak. Yakni tempat persemayaman umum. Biasanya, kalau ada keluarga Tionghoa meninggal dunia, jenazah mereka ditempatkan di situ. Ke Adi Jasalah teman-teman melayat.
Adi Jasa itu sangat besar. Kapasitasnya lebih dari 100 jenazah. Saya pernah, sekali melayat untuk tiga tempat. Hanya beda kapling: ada tiga teman meninggal dunia.
Saya setengah tidak percaya pendeta Alex juga disemayamkan di Adi Jasa. Tapi begitulah pengumuman resminya. Maka saya pun ke Adi Jasa. Bersama pendeta Yusuf Mulyanto —yang pernah sekolah teologi di Bethany Jalan Manyar.
“Sebenarnya kami memang ingin beliau disemayamkan di Gereja Jalan Manyar. Tapi tidak diizinkan,” ujar seorang keluarga pendeta Alex di situ.
Saya pun menunduk. Agak lama. Tanpa dijelaskan pun saya tahu kenapa. Rupanya ada masalah yang belum tuntas. Bukan dengan pendeta Leonard, tapi dengan anak kandung pendeta Alex sendiri: Aswin Tanusaputra.
Keseluruhan Gereja Bethany itu kini memang sudah di tangan Aswin. Sudah lebih dari 7 tahun. Termasuk Gereja Jalan Manyar.
“Apakah Aswin nanti melayat ke sini?” tanya saya.
“Tidak akan,” jawab kerabat itu.
Klik Berita Selanjutnya