Risma-Whisnu Berharap Batik Surabaya Jadi Komoditas Andalan di Era Pasar Bebas

Risma-Whisnu Berharap Batik Surabaya Jadi Komoditas Andalan di Era Pasar Bebas Inilah batik khas Surabaya. foto: maulana/BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pasangan Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana tidak hanya ingin warga Surabaya bisa mandiri di bidang industri kreatif. Lebih dari itu, pasangan cawali-cawawali nomor urut dua ini berharap hasil produksi industri kreatif warga Surabaya bisa menjadi salah satu komoditas andalan di pasar bebas.

Cawali Tri Rismaharini menyebutkan, salah satu hasil industri kreatif yang cukup membanggakan adalah batik khas Surabaya. "Saya berharap Batik Surabaya bisa menjadi komoditas souvenir di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 nanti," harap Risma, Selasa (17/11).

Harapan tersebut dia sampaikan, karena batik khas Surabaya garapan ibu-ibu warga Kota Pahlawan, tidak kalah dengan batik tulis dari daerah lain. Baik dari kualitas maupun coraknya.

Perempuan yang pernah mendapat penghargaan sebagai wali kota terbaik ketiga dunia itu mencontohkan batik hasil garapan Kelompok W-Quin, Jambangan. Pada Minggu (15/11), kemarin, Risma menghadiri peresmian industri kreatif warga Surabaya di bawah CV Kreatif Indah Alam itu.

Risma menyempatkan diri menghadiri peresmian industri kreatif beranggotakan ibu-ibu rumah tangga tersebut. Sebab, kelompok yang dimotori Risnani Puji Astutik itu telah mampu menciptakan batik khas Surabaya dengan motif ikan Suro dan Boyo dikelilingi daun semanggi.

Risma yakin, batik yang coraknya menggambarkan ikon-ikon Surabaya itu, akan menjadi komoditas yang dicari orang, khususnya dari luar daerah, ataupun dari luar negeri. "Jadi kalau bisa nanti ada ungkapan, ke Surabaya belum lengkap kalau belum membeli batik khas Surabaya," ujarnya.

Risma juga mengajak seluruh warga Surabaya untuk terus berinovasi menciptakan ekonomi mandiri. "Saya juga berterima kasih kepada seluruh warga Surabaya, yang dengan kreativitasnya, menciptakan inovasi-inovasi baru seperti Batik Surabaya ini, demi Kota Surabaya yang kita cintai," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok W-Quin, Risnani Puji Astutik mengaku, industri Batik Surabaya ?yang dikelolanya, bermula dari kreativitas kelompok ibu-ibu rumah tangga yang dibinanya pada 2009 silam.

Saat Risma menjabat wali kota, ungkap Risnani, Pemkot Surabaya minta kelompok yang dibinanya terus mengembangkan industri batik dan membina ibu-ibu rumah tangga di wilayah-wilayah lain di Kota Pahlawan.

"Kita waktu itu diminta Bu Risma memberdayakan masyarakat yang lain di Kota Surabaya ini, termasuk ibu-ibu terdampak (penutupan Dolly) di Putat Jaya?. Sekarang kita memiliki warga binaan cukup banyak di Surabaya," terang Risnani.

Tak hanya itu, Kelompok W-Quin juga diminta membuat batik yang bisa dijadikan sebagai ciri kas Kota Surabaya. "Waktu itu kita bikin batik bermotif bambu runcing. Tapi kata Bu Risma terlalu kaku, dan kita diminta mencari inovasi yang lain. Akhirnya kita dapat motif Suro dan Boyo dikelilingi daun semanggi. Bu Risma cocok," ucapnya.

Risnani juga mengungkapkan, batik-batik buatan W-Quin ada tiga jenis, yaitu Batik Cap, Tulis dan Kain Jumputan. "Sekarang pasar kita sudah di mana-mana, tapi masih sebatas di kota-kota yang ada di Indonesia saja. Belum ke luar negeri. Batik Surabaya juga sudah sampai di Bontang," katanya.

Risnani dan ibu-ibu binaannya yang lain berharap Batik Surabaya karya bisa diakui alias dipatenkan. "Sekarang ini kan masih belum dipatenkan. Kita ingin batik kita diakui. Makanya kita bikin CV Kreatif Indah Alam di Jambangan ini, biar batik kita tidak diklaim daerah lain," harapnya. (lan/rev)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO