40 Tahun Jalankan Usaha Tahu, tak Pernah Dapat Perhatian Pemkab Tuban

40 Tahun Jalankan Usaha Tahu, tak Pernah Dapat Perhatian Pemkab Tuban Muntholib saat membuat tahu di belakang rumahnya. foto: suwandi/ BANGSAONLINE

TUBAN, BANGSAONLINE.com - Gembar-gembor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dalam meningkatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sepertinya hanya isapan jempol belaka. Buktinya, masih saja terdapat UMKM yang tidak pernah mendapat perhatian atau tersentuh bantuan Pemkab.

Seperti yang dialami Muntholib (70) pelaku usaha pembuat tahu asal Desa Wanglu Kulon, Kecamatan Senori, . Ia mengaku, selama 40 tahun menjalankan usaha membuat tahu, sekalipun belum pernah mendapat perhatian maupun bantuan dari Pemkab. 

Untuk menjalankan usaha, ia mengaku hanya bermodal dengkul alias pengalaman pribadi. Tahu tersebut dicetak sendiri di belakang rumah, kemudian dipasarkan keliling kampung.

"Maklum tidak kuat bayari karyawan jadi dilakukan sendiri, dan terkadang dibantu 2 anak dan 1 menantu," ungkap Tholib sapaan akrabnya saat ditemui di kediamannya sambil membuat tahu, Minggu (10/1) sore.

Ia mengatakan, di usianya yang sudah senja ini, tak mungkin lagi mengerjakan usahanya seorang diri. Oleh karena itu ia kini berharap ada bantuan dari pemerintah.

Pengalaman pahit asam dalam menjalani usaha tahu sudah dirasakan Tholib. Saat harga kedelai melonjak hati terasa "galau". Sebab, konsumen atau pelanggannya tidak mau dinaikkan. Sehingga, terpaksa ia memangkas ukuran tahu dari biasanya agar tidak gulung tikar.

"Sak itik-itik gak popo seng penting lancar lan halal (sedikit tidak apa-apa yang penting lancar dan halal)," terang anggota jama'ah tahlil desa setempat ini.

Tholib menyadari, dengan hanya modal berpendidikan Sekolah Rakyat (SR) yang tidak lulus, sulit rasanya membesarkan usaha cetak tahu ini. Selain kendala tenaga, modal, ia juga kesulitan menggunakan ilmu manajemen perusahaan atau home industri. Maklum saja karena selama 40 tahun menjalankan usaha cetak tahu belum pernah sekalipun mendapat bimbingan maupun perhatian dari pemkab.

"Dikembangkan sendiri sak mlaku-mlakune," ungkapnya.

Ketika ditanya berapa produksi per hari, Tholib menjawab, per hari hanya mampu memproduksi kedelai sekitar 1/2 kwintal dan menjadi 4 cetakan. Sesudah dicetak, lalu tahu tersebut dijual keliling kampung, dititipkan pada tukang sayur, dijualkan anak di pasar dan dititipkan di toko-toko terdekat di wilayah Senori.

"Kalau untungnya ya gak banyak, tapi yang penting bisa buat makan dan ngasih upak dikit-dikit pada anak," tambah kakek bercucu 4 ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata, Farid Ahmadi ketika dikonfirmasi terkait nasib yang dialami Muntholib belum memberi jawaban.

Tholib berharap, Pemerintah lebih perhatian pada pelaku UMKM yang ada di pelosok desa, tidak hanya di Kota. Selain itu, ia juga meminta agar pihak kecamatan lebih intensif mendata pelaku UMKM, supaya pelaku usaha merasa mendapat perhatian dari pemerintah.

"Tidak mendapat bantuan tidak apa, diperhatikan saja aku wes seneng," tambah Tholib. (wan/rev)

Lihat juga video 'Perahu Penyeberangan Tenggelam di Bengawan Solo, Belasan Warga Dilaporkan Hilang':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO