Tafsir An-Nahl 99-100: Andai Jokowi Meniru Tuhan, Demo tak kan Terjadi

Tafsir An-Nahl 99-100: Andai Jokowi Meniru Tuhan, Demo tak kan Terjadi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat hendak mengikuti salat Jumat pada Aksi Bela Islam III di Monas.

Murid: Saya usir anjing itu lebih dahulu

Guru: Jika balik lagi dengan membawa teman?

Murid: Aku lawan sekuat tenaga

Guru: Itu payah dan lama, muridku

Murid: Lalu gimana?

Guru: Lapor saja kepada pemilik anjing, suruh anjing-anjing itu pergi.

Begitu halnya cara praktis mengusir syetan. Lapor saja kepada Tuannya syetan, Allah SWT. Kita berlindung kepada-Nya, beres. Syetan pasti kabur terbirit-birit.

Ajaran guru sufi itu menunjukkan bahwa "sultan" (kekuasaan) itu ada di tangan pimpinan puncak. Sekali titah, bereslah perkara. Kasus Ahok yang oleh MUI divonis sebagai penistaan agama tidak segera diproses. Padahal islam adalah agama mayoroitas negeri ini. Hingga akhirnya, 4 November terjadi ratusan ribu pendemo membela agama dan menuntut penista agama segera diadili.

Mestinya tidak perlu terjadi jika Jokowi cepat bertindak. Dia kan punya kuasa, tinggal memberi instruksi, pasti beres, seperti pemilik anjing yang cepat memerintahkan anjing-anjingnya berlaku sesuai perintah. Keadan normal, dan penggembala kambing hidup nyaman berikut selaksa kambing piaraannya.

Tapi sayang, Jokowi tidak meneladani sikap Tuhan. Apa Jokowi sengaja?

Kasihan umat islam yang dipojokkan terus, padahal mereka ternista, lalu menunut keadilan. Seharusnya presiden adalah mahapelayan yang cerdas dan pengertian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO