​Refleksi Pembangunan Berkeadilan dan Identitas Kawasan Surabaya Barat

​Refleksi Pembangunan Berkeadilan dan Identitas Kawasan Surabaya Barat Pembangunan di kawasan Surabaya Barat. foto: skyscrapercity

Oleh: Muhammad Bagus Balghi

KOTA Surabaya sebagai kota modern terbesar di Jawa Timur terus berkembang. Hal ini dapat dibuktikan dengan terus munculnya berbagai industri, perumahan, dan kawasan elite baru.

Berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Jawa Timur 2011-2031, Kota Surabaya merupakan kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Jawa Timur. Selain itu, Kota Surabaya juga akan dijadikan sebagai pusat pelayanan, perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi dan prasarana wisata.

Berbicara mengenai pembangunan, menurut penulis, Pemkot Surabaya sudah melakukannya secara merata, meskipun hanya fokus membangun infrastruktur di pusat kota. Namun yang perlu digaris bawahi adalah pesatnya pembangunan di Surabaya Barat. Pasalnya pembangunan di wilayah ini ‘dikuasai’ oleh dua pengembang besar, yakni Ciputra Group dan PT Intiland Development Tbk. Di mana dua pengembang tersebut terus melakukan pembangunan besar-besaran mulai dari perumahan hingga pusat bisnis, dengan konsep ala Singapura. Bahkan taglinenya adalah ‘Singapore of Surabaya’.

Mengacu pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, kawasan Surabaya Barat masuk dalam area pengembangan pusat bisnis. Yakni, antara lain, mulai jalan Mayjend Soengkono, hingga HR Muhammad dan sekitarnya, serta jalan lingkar luar barat dan lingkar dalam barat. Pemerintah Kota Surabaya berencana menjadikan Surabaya Barat sebagai New Central Business District. Bahkan, Pemkot sudah merencanakan pengerjaan West Outer Ring Road (WORR) dan West Inner Ring Road (WIRR) yang nantinya menghubungkan Teluk Lamong dengan kawasan Surabaya Barat. Juga, untuk menghubungkan kawasan Surabaya Barat dengan Surabaya Selatan.

Diharapkan dari pembangunan WORR dan WIRR ini, akses menuju Surabaya Barat lebih mudah, sehingga dapat menarik investor. Sebab, saat ini beban jalan Mayjend Soengkono dan HR Muhammad sudah sangat berat. Di sana, dapat dipastikan macet parah saat jam-jam sibuk.

Namun bagaimana jika pembangunan di Surabaya Barat ini ditinjau dari sudut pandang pembangunan berkeadilan yang mana pembangunan dengan dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran, tidak bersifat sewenang-wenang dan bersifat proporsional?

Jika berdasar pada fenomena di atas, pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta tentu berorientasi pada profit atau keuntungan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan pembangunan yang berkeadilan. Pembangunan West Outer dan West Inner Ring Road dinilai hanya untuk menekan biaya akomodasi dari kelompok elite market tertentu. West Outer Ring Road bertujuan menghubungkan Kawasan Surabaya Barat dengan Teluk Lamong, di mana daerah ini diketahui merupakan tempat pergudangan industri-industri di Surabaya. Lalu, apa manfaat yang didapat masyarakat asli Surabaya Barat atas pembangunan ini?

Sedangkan untuk pembangunan West Inner Ring Road, yang mana menghubungkan Surabaya Barat dengan Surabaya Selatan. Kawasan Surabaya Selatan adalah Central Bussiness District Kota Surabaya. Sedangkan Kawasan Surabaya Barat akan menjadi New Central Bussiness District. Kembali lagi, perlu dipertanyakan apakah hal ini memperhatikan pembangunan yang berkeadilan?

Sedangkan berbicara identitas kota, sebagai sesuatu yang mampu memberikan kesan dalam sebuah proses imajinasi manusia, sehingga pada akhirnya menciptakan kesan tersendiri di dalamnya. Jika berbicara Surabaya, pasti yang langsung diingat adalah Kota Pahlawan, patung Suro dan Boyo serta Arek Suroboyo.

Namun, seperti yang sudah dijelaskan di atas, akan tampak mengerikan ketika kita melihat Surabaya Barat. Di sana, bukan patung Suro dan Boyo yang menjadi identitas, akan tetapi Patung Merlion khas Singapura. Sungguh luar biasa, di mana para kelas borjuis merekonstruksi pikiran berikut juga menciptakan ruang imaginer yang mana kita tak tahu bahwa kita di bawah ke alam yang berbeda. (*)

Penulis merupakan Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Politik UNAIR (bagos.balghi@gmail.com)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO