Manfaatkan Batik Jumputan, Desainer Muda Pilih Tampil Beda

Manfaatkan Batik Jumputan, Desainer Muda Pilih Tampil Beda Memang hebat. foto: istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – A Muzacky Fahim (20), mahasiswa pendidikan seni rupa Unesa yang merintis usaha sebagai desainer muda.

Berawal dari profesi orang tua sebagai penjahit, ketertarikan pada dunia desainer nyatanya sudah memicu Zacky sejak ia masih kecil. Memenangkan berbagai kompetisi desain karnaval, hingga beberapa prestasi desain lainnya, membuat Zacky lebih memantapkan dunia desainer hingga saat ini.

Mengaku sudah menerima pesanan sejak SMA, kini Zacky telah memiliki brand baju sendiri dan sudah dua kali mengikuti pameran fasion show yang diselenggarakan di Banyuwangi. “Sudah dua kali ikut show, yang pertama Banyuwangi Batik Festival, dan yang kedua Banyuwangi Fastival,” ucapnya.

Selain itu, Zacky sudah banyak mengikuti kegiatan pameran fashion dan ilustrasi kebaya seperti di Jakarta, Surabaya, dan Medan, terutama fashion baju yang menyungguhi karya-karya desainer Anne Avantie yang memang menjadi idolanya. “Menurut saya, Beliau satu-satunya desainer kebaya yang bajunya sangat kental dengan budaya Indonesia,” tukas Zacky tersenyum.

Masih berjalan sekitar satu tahun, Zacky mengaku jika brand Amuza merupakan hasil dari rancangan serta jahitan yang diurus oleh ia sendiri. Menariknya, baju-baju karya Zacky dibuat dari kain jumputan yang dirancang secara apik dan menarik yang pastinya laku saat dipasarkan.

“Setiap desainer harus punya ciri khas, dan ciri khas baju saya adalah menggunakan kain jumputan dengan warna cerah, sporty, dan elegant,” ringkas Zacky.

Zacky mengaku jika kebanyakan desain banjunya lebih mengutamakan baju siap pakai, seperti baju kerja, blouse, blazer dan baju casual lainnya. Untuk ilustrasi baju sendiri, Zacky membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam, sedangkan untuk pembuatan baju, Zacky akan memakan waktu hingga 1-2 hari hingga baju tersebut siap untuk dipakai.

Untuk harga baju, Zacky mematok harga yang berbeda-beda. Untuk gaun sendiri harga yang diberikan berkisar 1 juta rupiah, sedangkan untuk baju-baju casual, biasanya akan berkisar 200-300 ribu. “Bergantung pada motif kain, kemudian seberapa banyak kain jumputan yang dipakai, juga desain baju serta kerumitan pengerjaan juga menjadi patokan harga,” ungkap Zacky.

Ditanya mengenai kesulitan sebagai desainer muda, Zacky mengungkapkan jika sekalipun memiliki karya setara, orang-orang tak cukup percaya dengan desainer pemula seperti dirinya.

"Karena fashion di Indonesia sudah sangat bagus, hal itu membuat daya saing semakin ketat. Selain itu saya sendiri masih muda, kebanyakan orang-orang akan sulit percaya dengan desainer pemula seperti saya, tetapi saya tetap harus tunjukan bahwa karya saya berbeda, menarik, orisinild, dan dapat diterima di masyarakat," ungkap Zacky.

Saat ini, sebagai desainer yang baru merintis brand barunya, Zacky banyak didukung oleh organisasi yang diikutinya. Ia juga banyak belajar dari desainer-desainer yang tergabung dalam organisasi Banyuwangi Desain Comunity sendiri. Dan untuk kedepannya, Zacky menginginkan jika dirinya akan terus berkembang sebagai desainer yang semakin profesional, lebih sukses, dan brand baju Amuza miliknya dapat dikenal dan dikonsumsi oleh orang banyak. (*)

Sumber: *Retno A W

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO