Tabungan Ludes, Tersedot Tagihan Listrik Rp 200 Juta, Dahlan Iskan: Tagihan Jauh dari Normal

Tabungan Ludes, Tersedot Tagihan Listrik Rp 200 Juta, Dahlan Iskan: Tagihan Jauh dari Normal Dahlan Iskan di areal tanaman gandum di pedesaan di Amerika Serikat (AS). foto: ist

Mengapa tagihan listrik itu melonjak?

Di hampir tidak punya cadangan listrik. Antara produksi dan konsumsi nyaris sama. Perusahaan pembangkit di hanya mau memproduksi listrik sebatas yang sudah dipesan.

Nyaris tidak punya cadangan.

Itu untuk mengejar efisiensi agar bisa tinggi.

Menyediakan cadangan yang listriknya belum tentu dipakai dianggap terlalu mahal. Tidak efisien. Boros.

Pembangkitnya pun dibuat efisien. Jaringan pipa gas juga dibuat efisien. Jaringan transmisi juga dibuat efisien. Tidak perlu diberi pelindung dari cuaca dingin. jarang sekali bersalju. Selalu saja lebih panas dari wilayah Amerika sebelah utara.

Pekan lalu tiba-tiba saja bersalju. Utamanya sekitar Dallas dan Antonio. Suhu turun drastis. Sampai minus 19 derajat Celsius. Banyak pembangkit mati. Setidaknya 30 persen pembangkit di berhenti produksi.

tidak bisa ''impor'' listrik dari negara bagian lain. pilih merdeka listrik. Tidak mau ada transmisi yang terhubung dengan negara bagian lain. Dalam keadaan krisis pekan lalu egoisme kena batunya.

Beberapa pembangkit listrik memang punya cadangan. Sedikit. Sebatas untuk jaga-jaga sendiri. Cadangan itu diminta dihidupkan. Untuk ikut mengatasi krisis. Mereka mau. Mereka menetapkan syarat: listriknya harus dibeli dengan harga khusus. Mahalnya bukan main: kalau harga normal 9 dolar/kWh, harga krisis itu 70 kali lipat. Mau dijalankan, tidak mau tidak apa-apa.

Harga listrik darurat itulah yang ditagihkan ke pelanggan. Seperti ke pensiunan tadi. Yang sampai membuat tabungannya ludes.

Setelah ini tentu akan ada kajian: boros mana memiliki cadangan yang cukup dibanding terjadi krisis listrik seperti itu.

Tentu akan ada kajian juga: apakah sistem isolated seperti lebih baik dari terhubung dengan jaringan antar negara bagian.

Di Indonesia, sistem yang dipilih adalah ini: PLN harus punya cadangan 20 persen. Bahwa cadangan itu membuat kurang efisien, itulah harga yang harus dibayar agar tidak terjadi krisis.

Dalam hal jaringan transmisi, Indonesia tidak punya pilihan: harus isolated per pulau. Satu pulau satu jaringan terhubung.

Krisis listrik di mengingatkan negara itu akan rapuhnya sistem kelistrikan di sana. Yang ternyata tidak maju-maju amat. Saya juga masih sering melihat –di pedalaman Amerika– tiang listriknya terbuat dari kayu.

Sedang di Tiongkok saya melihat –sejak 10 tahun lalu-sudah ada transmisi DC –bukan AC– dengan kapasitas 1.000 kV. Untuk mengirim listrik sejauh 3.000 km dari Mongolia di utara ke Guangzhou di selatan.

Memang hanya sistem DC yang bisa mengirim listrik dalam jumlah besar untuk jarak jauh. Kalau itu menggunakan cara AC –seperti di tempat lain di dunia– listriknya akan habis ''menguap'' di perjalanan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Setahun Tak Ada Kabar, Korban Longsor di Desa Ngetos Nganjuk Tagih Janji Relokasi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO