Begini Pesan Wakil Ketua DPRD Gresik saat Jadi Pembicara di Muswil XII Nasyiatul Aisyiyah Jatim

Begini Pesan Wakil Ketua DPRD Gresik saat Jadi Pembicara di Muswil XII Nasyiatul Aisyiyah Jatim Wakil Ketua DPRD Gresik, Nur Saidah (tengah berdiri), saat menjadi pembicara dalam seminar di Muswil ke XII Nasyiatul Aisyiyah Jatim. Foto: Ist

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Wakil Ketua DPRD , Nur Saidah, menjadi pembicara dalam seminar bertajuk 'Perempuan Muda Berkemajuan Menguatkan Peradaban' saat Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-XII Nasyiatul Jawa Timur, Sabtu (6/5/2023).

Selain dia, pembicara lain yakni anggota KPAI, Dyah Puspitarini, dan Ketua PKK Trenggalek, Novita Hardini. Di hadapan ratusan utusan Nasyiatul se-Jawa Timur, Nur Saidah memaparkan sejumlah resep menjadi seorang pemimpin dan berorganisasi yang sukses.

Sebelum memberikan beberapa jurus untuk menjadi pemimpin sukses, dia mengungkapkan bahwa tidak banyak kaum perempuan yang berani terjun ke kancah politik, baik di birokrasi (eksekutif) maupun DPRD (legislatif).

"Kemana Nasyiatul ? Nggak ada yang berani terjun jadi birokrat atau DPRD," ucap dia.

Menurut dia, menjadi pemimpin, baik di organisasi tingkat wilayah, kabupaten/kota hingga ranting merupakan modal.

"Jadi, nanti sama ketika duduk di pemerintahan daerah. Akan membuat kebijakan-kebijakan yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat," tutur Sekretaris DPC Partai Gerindra ini.

Dia lantas menontohkan, Nasyiatul Kabupaten Banyuwangi, atau Trenggalek. Kemarin dapat bantuan apa dari Ibu Bupati atau Pak Bupati. Berani tanya atau tidak.

"Silahkan tanya, dapat anggaran dari APBD berapa Bu bupati. Itu APBD ada anggran-anggaran untuk organ perempuan. Untuk pemberdayaan organ itu ada. Itu harus disampaikan oleh orang-orang yang punya pengetahuan," tuturnya.

"Kalau tak tahu, bagaimana bisa bersentuhan menerima anggaran dari pemerintahan," imbuh dia.

Untuk itu, pesan dia, harus menjadikan organ untuk mengasah koneksitas. Jalur.

"Mumpung ketemu Bu Nur untuk memprovokasi. Tanya semua di cabang atau ranting masing-masind dapat apa dari APBD. Kan tinggal membuat proposal saja untuk diajukan," katanya mengajari.

Dikatakan dia, jika sudah menjadi pimpinan wilayah, daerah hingga ranting, pimpinan itu harus punya integritas. Tindakan, ucapan dan prilakunya harus bisa dijadikan contoh yang dipimpin.

"Jangan sampai organ dianggap kecil, lalu seenaknya sendiri. Prilaku kita pasti dikenang. Dinilai orang," katanya.

"Selama masih punya jabatan di organ, ciptakan image yang baik. Leader yang baik. Integritas yang baik," sambungnya berpesan.

Jadi pimpinan, kata dia, juga harus bisa menginspirasi anggota lain. Tak boleh diam saja. Sebab, keberadaan organ itu minim bisa bertahan paling tidak, atau menjadi maju

Jangan sampai setelah ada kepemimpinan, anggotanya jadi tak semangat, merotoli (keluar) satu per satu.

"Makanya setelah ada kepemimpinan, harus menjadi lebih baik," pesannya lagi.

Kemudian, kata dia, pemimpin harus bisa menginspirasi orang agar tertarik berorgan. Untuk itu, pemimpin harus beradaptasi.

"Jadi pemimpin jangan jaim (jaga image). Harus nyapa. Ciptakan egaliter. Grapyak.

"Makanya Bu Nur ini dalam pemilu raihan suaranya 10 ribu. Kalau mecucu ae (bibir monyong). Sombong. Jaim. Egois. Nggak sapa-sapaan ya nggak mungkin ada yang mau pilih. Sampai 3 kali (periode) loh saya. Bahkan, ini insya Allah mau ke empat," bebernya.

Selanjutnya, harus bisa mengontrol emosional dalam hubungan. Sebab, tidak semua orang tak punya masalah.

"Kebetulan suami saya itu kepala desa (kades) 3 periode. Sudah Hampir 15 tahun juga. Makanya kita kasih pemahaman kepada pasangan kita untuk meluangkan waktu kepada kita untuk organ. Jangan sampai dimarahi, anak tak terurus, suami tak terurus dan seterusnya. Makanya harus bisa bangun komunikasi," pesannya lagi.

Dia mengakui, menjadi seorang pemimpin atau berorganisasi, waktunya banyak tersita disana ketimbang keluarga. Makanya, harus slap. Saling pengertian. Saling memahami antara suami istri.

"Seperti Bu Nur ini, sering pergi ke Jakarta, Aceh dan lainnya. Jarang pulang. Pulang ke rumah suami saya, Pak Lurah (kades) sudah tidur," ungkapnya.

Selain itu, tambah Nur Saidah, harus bisa menciptakan rasa percaya diri. Aku ini orang pintar. Aku ini orang mampu.

"Rasa-rasanya ibu-ibu wedian (takut). Kebanyakan orang perempuan itu punya banyak masalah. Tapi, tak mau tanya. Karena takut ini dan itu," cetusnya.

"Di DPRD juga sama. Ada 8 perempuan. Yang berani ngomong cuma 2 orang. Ya mungkin karena takut salah," katanya.

Terakhir, tambah Nur Saidah, pemimpin harus mengakomodir anggota. Harus bisa menjadi panutan.

"Jadilah pimpinan yang bisa mengakomodir anggota. Bisa rukun. Gayeng. Maka organ akan jalan dan bisa maju," pungkasnya. (hud/mar)

Lihat juga video 'Viral! Video Manusia Menikahi Kambing di Gresik, Bupati Mengecam: Jahiliyah!':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO