Korban Mutilasi di Malang Ternyata Warga Surabaya, Diduga Gay dan Kerap ke Dukun

Korban Mutilasi di Malang Ternyata Warga Surabaya, Diduga Gay dan Kerap ke Dukun

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Identitas korban mutilasi yang terjadi di Malang, Jawa Timur, terkuak. Korban adalah Adrian Prawono (34), warga Jl. Prapen Indah I, Tenggilis Mejoyo, Surabaya.

Pria yang masih berstatus bujang ini merupakan anak tunggal dari Profesor Sugik, Pensiunan Dosen Universitas Petra, Jl. Siwalankerto, Surabaya.

Informasi yang dihimpun, aktivitas Adrian Prawono sehari-harinya membantu sang ayah mengelola usaha PT. Teno Indonesia yang berada di Jl. Kertajaya dan Jl. Prapen Indah I (samping rumah), yang bergerak di bidang tiang pancang pembangunan jalan.

Sebelum ditemukan meninggal, korban diketahui kerap ke Kabupaten Malang. Selain mendatangi usaha lain milik ayahnya yang bergerak di bidang restoran, korban ternyata kerap berkomunikasi dengan seorang dukun yang berada di Malang.

Hal tersebut diutarakan oleh Ruli (50), driver Dokter Heru, teman satu perusahaan Profesor Sugik, ayah korban.

Saat ditemui di halaman rumah korban, Ruli bercerita panjang lebar terkait keluh kesah korban sebelum dinyatakan hilang pada Oktober 2023 lalu.

"Jadi anaknya Pak Sugik itu kerap ke Malang menemui sang dukun, keperluannya untuk ingin mengguna-guna seseorang. Namun tidak berhasil, sehingga Adrian Prawono meminta sang dukun untuk mengembalikan uangnya dengan nilai hampir ratusan juta rupiah. Itu yang saya dengar dari cerita Pak Heru," ujarnya, Sabtu (6/1/2024).

Pembunuhan dan mutilasi tubuh korban Adrian Prawono sendiri terungkap setelah sang dukun menyerahkan diri.

"Jadi setelah membunuh korban, sang dukun dan istrinya merasa dibayang-bayangi penampakan korban dan kerap mencium bau amis darah di rumahnya. Sehingga pelaku ketakutan dan menyerahkan diri," tambah Ruli.

(Rumah korban di Jl. Prapen Indah, Tenggilis Mejoyo, Surabaya)

Terkait adanya motif asmara suka sesama jenis, Ruli membeberkan bahwa sifat dan tingkah laku korban memang berbeda bila dibandingkan dengan pria lain pada umumnya.

“Jadi sang korban ini lebih suka dengan sesama jenis (gay). Sikap itu terlihat sudah lama, dari cara berjalan dan berbicara. Tapi kalau kasus ini tentang asmara, saya kurang yakin karena cerita Pak Sugik kepada bos saya, Heru, tentang sakit hati korban kepada sang dukun karena ditipu," tambahnya.

Saat ini, potongan tubuh korban yang ditemukan baru kepala dan tangan. Sedangkan potongan tubuh yang lain masih belum ditemukan.

"Untuk jenazah masih di rumah sakit, Malang belum dikirim ke rumah duka karena belum lengkap potongan tubuhnya," tutup Ruli. (rus/rev)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO