Komoditi Makanan Penyumbang Utama Garis Kemiskinan

Komoditi Makanan Penyumbang Utama Garis Kemiskinan Sairi Hasbullah

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Komoditi makanan memberikan sumbangan yang besar terhadap garis kemiskinan. Kontribusinya jauh lebih besar dibandingkan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), yaitu sebesar 73,28 persen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, komoditi yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan pada umumnya sama, yaitu beras memberi sumbangan sebesar 24,31 persen di perkotaan dan 26,37 persen dipedesaan.

Kemudian rokok kretek filter memberikan sumbangan sebesar 7,81 persen diperkotaan dan 7,66 persen di pedesaan, tempe sebesar 3,56 persen diperkotaan dan 3,72 persen di pedesaan.

“Makanan menjadi kebutuhan utama yang pengaruhnya masih cukup besar terhadap kehidupan dan garis kemiskinan. Berbeda dengan komoditi lainnya yang memang belum menjadi prioritas utama,” terang Kepala BPS Jatim, M. Sairi Hasbullah di Surabaya, Kamis (7/1/2016).

Hasil survei jumlah penduduk miskin di Jatim pada bulan September 2015 dibandingkan Maret 2015 turun sebesar 0,06 poin persen, dari 4.789,12 ribu jiwa atau 12,34 persen pada Maret 2015 menjadi 4.775,95 ribu jiwa atau 12,28 persen pada September 2015. Itu artinya penduduk miskin turun sebanyak 13,15 ribu jiwa.

Sementara itu untuk penduduk miskin di perkotaan pada September 2015 sebesar 32,90 persen dari total penduduk miskin di Provinsi Jatim atau sebesar 1.571,15 ribu jiwa.

Selama satu semester (Maret hingga September 2015) penurunan persentase penduduk miskin terjadi dipedesaan, yaitu turun 0,34 poin persen atau 16,18 persen menjadi 15,84 persen, dari 3.264,50 ribu jiwa menjadi 3.204,82 ribu jiwa.

Sedangkan diperkotaan mengalami kenaikan sebesar 0,22 poin persen atau 8,19 persen menjadi 8,41 persen, dari 1.524,62 ribu jiwa menjadi 1.571,15 ribu jiwa.

“Mungkin bagi sebagian orang, hidup di kota akan lebih sejahtera, apalagi dari tahun ke tahun upah naik. Tetapi hal itu tidak menjamin, justru angka kemiskinan di perkotaan meningkat sekitar 46,53 ribu jiwa,” jelas Sairi.

Ditambahkan Sairi, jika inflasi tetap terjadi pada komoditi pangan, dikhawatirkan angka kemiskinan juga masih dapat meningkat. Karena komoditi pangan paling berpengaruh.

“Bukan hanya pangan, tapi juga non pangan harus dijaga dengan stabil agar tidak berdampak pada angka kemiskinan,” pungkasnya.(yan/rev)

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO