Awas! Dokter Ungkap Bekerja 55 Jam Tiap Pekan Berisiko Terkena Stroke

Awas! Dokter Ungkap Bekerja 55 Jam Tiap Pekan Berisiko Terkena Stroke Ilustrasi bekerja (pixabay/claudioscott)

SURABAYA,BANGSAONLINE.com - Bagi Anda yang setiap minggunya menghabiskan waktu untuk bekerja dengan intensitas tinggi patut waspada.

Pasalnya, penelitian menyebut yang panjang memiliki dampak pada kesehatan secara signifikan.

Jam kerja yang berlebih juga membuat tekanan mental dan juga kelelahan pagi para pelakunya.

Melansir HealthSide, British Medical Journal (BMJ) meneliti data 600 ribu orang di seluruh Eropa, Amerika Serikat, dan Australia mengungkap fakta terbaru.

Hal itu adalah, bekerja 55 jam atau lebih setiap pekannya meningkatkan risiko terkena sebanyak 33 persen dibanding mereka yang bekerja selama 35-40 jam.

Dokter spesialis jantung, V Rajasekhar mengatakan dampak yang panjang terhadap risiko bisa dilihat dari banyak sisi.

Mulai dari paparan stres yang konstan, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan makan yang tak sehat, dan waktu istirahat terbatas.

" yang terganggu dan kelelahan kronis yang terkait dengan yang panjang dapat menambah risiko ini, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan jantung," kata Rajasekhar.

Ia juga khawatir karena prevalensi setiap orang di dunia cenderung mengalami peningkatan.

Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), diperkirakan 90 persen populasi dunia bekerja dengan yang sangat panjang.

Rajasekhar juga mengingatkan tentang pentingnya kesadaran tentang potensi risiko yang lebih panjang.

Dirinya menyarankan, pengusaha memberi perhatian penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang seimbang.

Perusahaan juga diharuskan menetapkan batasan yang tepat dan mengenalkan teknik manajemen stres.

Mengembangkan budaya komunikasi positif pun akan membantu karyawan merasa lebih nyaman menangani masalah beban kerja.

Selain itu, para pekerja juga didorong untuk mengutamakan kesejahteraan fisik maupun mental.

Jangan hanya sibuk kerja keras, tapi juga harus menerapkan gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet seimbang, tidur cukup, dan teknik pengurangan stres.

"Pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasi dengan profesional kesehatan dapat membantu memantau tanda-tanda awal masalah dan mencegah potensi ," katanya. (van)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO